Yang Rajin Shalat Tetap Miskin Yang Malas Shalat Makin Kaya, Mengapa?

rajin shalat

Sering kita mendengar celotehan teman, jamaah atau orang lain yang bilang: mengapa saya sudah rajin shalat kok tetap miskin, kok tetap susah uang ya. Bahkan ada yang membandingkan kesholehan dirinya dengan orang lain. Bilangnya begini: kok si A kayaknya hidupnya bahagia, banyak uang, kaya raya, padahal dia kan jarang shalat. Kok yang malas shalat makin kaya.

Temukan jawabannya dalam artikel ini. Mohon dibaca sampai selesai. Supaya tidak salah paham. Oke?


Istidraj?

Orang yang berlimpah kekayaan tapi jarang ibadah, bisa jadi itu istidraj. Istidraj adalah nikmat yang disegerakan kepada orang yang terus menerus bermaksiat kepada Allah SWT.

Tapi, jangan buru-buru menuduh orang lain. Itu tidak baik. Jangan buru-buru bilang istidraj kepada orang lain. 

Memang betul istilah istidraj itu ada. Tapi, itu bukan digunakan untuk menghakimi orang lain. Istilah istidraj digunakan sebagai muhasabah atau evaluasi diri kita masing-masing. Jika kita malas shalat tapi malah banyak dapat kenikmatan, bolehlah kita bilang istidraj.


Berawal dari Rasa Iri Hati

Prinsip yang benar untuk hidup bahagia adalah “senang melihat orang lain senang”. Jangan dibalik, “senang ketika melihat orang lain susah, susah ketika melihat orang lain senang”.

Jika Anda merasa aneh ketika ada orang lain yang malas sholat tapi hidupnya kaya raya, maka itu artinya Anda iri terhadap kekayaan orang lain. Anda merasa Tuhan tidak adil. Anda merasa ada yang salah dengan takdir Tuhan. Padahal, sikap itulah yang membuat hidup Anda semakin susah.

Semakin sering Anda merasa iri terhadap rezeki orang lain, semakin sulit bagi Allah SWT untuk memudahkan rezeki Anda.


Dampak dari Salah Prinsip

Pernahkah anda mendengar prinsip-prinsip hidup begini:

  • Harta tidak dibawa mati.
  • Buat apa kaya, kalau tidak bahagia.
  • Biar miskin asal bahagia.
  • Biar miskin asal jujur.
  • Bisnis itu kotor.
  • Orang kaya lama masuk surga.
  • Orang miskin lebih cepat masuk surga dibanding orang kaya.
  • Orang kaya, nanti lama dihisab.
  • Biar sedikit yang penting berkah.

Jika anda setuju dengan prinsip tersebut, ya sudah. Jangan salahkan orang lain, kalau hidup Anda miskin. Jangan salahkan shalat, kalau hidup Anda miskin. Karena Anda setuju dengan prinsip-prinsip tersebut. Iya, Anda setuju dengan kemiskinan dan menjaga jarak dengan kekayaan.

Prinsip tersebut mengajarkan kita seolah-olah miskin itu baik dan kaya itu tidak baik.

Bolehkah kita memegang prinsip tersebut? Sah-sah saja. Silahkan. Selama Anda tidak mengeluh dengan kemiskinan, tidak mengeluh akan keadaan, sudah merasa cukup, merasa qonaah, dan tidak iri terhadap kekayaan orang lain.


Bolehkan Kita Kaya?

Boleh. Karena dengan kita kaya kita bisa mencukupi kebutuhan kita. Ingat ya, harus bedakan kebutuhan dengan keinginan. 

Misal. Untuk keperluan berangkat kerja, kita membutuhkan kendaraan. Kendaraannya bisa berupa motor atau mobil. Mereknya pun bermacam-macam. Ada honda beat, vario, nmax, avanza, xenia, rush dan lain-lain. Yang jelas, Anda butuh kendaran untuk bisa sampai ke tempat kerja. Itu kebutuhan.

Lain halnya jika anda pergi bekerja dengan Alphard, Pajero, Fortuner. Itu sih keinginan.

Contoh lain, makan. Makan adalah kebutuhan. Makan yang enak di tempat yang nyaman adalah keinginan.

Bolehkah kita kaya? Boleh. Selama kekayaan itu dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan bermanfaat untuk keluarga dan ummat. Dengan kekayan kita bisa sedekah harian, sedekah bulanan, berkurban, ibadah haji, ibadah umroh, membangun musholla, membangun mesjid, membangun majelis taklim, belajar agama. 


Jawabannya adalah..

Mengapa yang rajin shalat tetap miskin yang malas shalat makin kaya? Kaya dan miskin itu berawal dari pikiran. Kaya dan miskin itu adalah masalah mental. Mental kaya senang memberi. Mental miskin ingin diberi.

Siapapun bisa kaya, selama ia bisa menjaga mental kemakmuran. Siapapun bisa miskin, selama ia tetap mempunyai mental miskin.

Shalat 5 waktu adalah perintah Allah SWT untuk ummatnya. Tidak memandang siapa pun. Baik yang rezekinya bagus, maupun yang rezekinya tidak bagus. Shalat itu wajib. Tidak ada korelasi antara shalat dan kaya. 

Kalaupun ada shalat sunnah dhuha atau shalat tahajjud yang bisa membawa kita kepada kekayaan, esensinya bukan itu. Esensi dhuha adalah manajemen waktu. Esensi tahajjud adalah ketenangan. Jika kita bisa mengatur waktu dan mengontrol ketenangan pikiran, maka rezeki akan mudah datang.


Shalatlah karena Allah SWT

Shalatlah karena Allah SWT. Baik di waktu sempit, maupun di waktu lapang. Baik di waktu senang, maupun di waktu susah.  Baik di saat banyak duit, maupun di saat kurang duit. 

Tidak usah menilai orang lain yang kelihatannya tidak sholeh. Bisa jadi, ia lebih suka shalat malam, suka shalat dhuha, suka baca Quran, namun kita tidak pernah melihatnya. Berbaik sangka sajalah kepada orang lain.


Bagikan artikel ini